Dedolarisasi Indonesia-China Semakin Masif – Bank Indonesia (BI) terus mendorong perluasan dan penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT) antarnegara dalam perdagangan, investasi, pasar keuangan, dan perbankan, serta transaksi pembayaran antarnegara. Mekanisme LCT diyakini akan mendorong kerja sama investasi dan perdagangan antar negara khususnya dengan China.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, China merupakan mitra dagang terbesar, kontributor investasi asing langsung kedua tertinggi, dan tiga besar sumber turis tertinggi Indonesia. China perlu terus memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia.
Dia bilang, performa makroekonomi Indonesia cukup tangguh. Tercermin tingkat inflasi rendah dan dipercaya terus menurun, nilai tukar rupiah yang stabil, defisit fiskal yang kian mengecil, serta meningkatnya pembiayaan perbankan.
“Indonesia stabil secara makro ekonomi, moneter, dan stabilitas keuangan. Hal ini penting karena tidak ada investasi dan prospek bisnis apabila suatu negara tidak stabil,” kata Perry dalam siaran pers yang diterima pada Kamis (28/92/2023).
Baca Juga : https://www.grumsa.com/dedolarisasi-indonesia-china-semakin-masif/
Menurut dia, transaksi LCT dapat menurunkan dependensi terhadap mata uang asing lainnya. Saat ini LCT Indonesia China yang inisiasinya telah dimulai sejak tahun 2017 telah melibatkan 16 bank di Indonesia dan 8 bank di China. Untuk mengoptimalisasinya, Gubernur BI mendorong komitmen pimpinan bank dan pelaku usaha untuk meningkatkan utilisasi LCT ke depan.
“Kinerja LCT Indonesia-China 2 tahun terakhir menunjukkan perkembangan positif baik dari segi volume maupun jumlah pengguna,” beber Perry.
Selain dengan China, kerja sama LCT juga sudah diimplementasikan antara Indonesia dengan sejumlah negara di kawasan, yaitu Malaysia, Thailand, dan Jepang. Sementara itu, dengan Singapura dan Korea Selatan telah diperoleh kesepakatan bersama untuk membangun kerangka implementasi kerja sama LCT dengan Indonesia. LCT sebagai mekanisme transaksi bilateral antara pelaku dengan mitra menggunakan mata uang setempat dalam bertransaksi, dalam hal ini Yuan (CNY) maupun Rupiah (Rp).
Perry menyatakan lima alasan untuk berinvestasi di Indonesia yaitu fondasi makroekonomi yang stabil; pertumbuhan yang tinggi; berlanjutnya reformasi struktural dan hilirisasi sumber daya alam; digitalisasi ekonomi dan keuangan yang terakselerasi; dan pengembangan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
“Hal ini didukung pasar dan konsumsi domestik yang luas, meluasnya sektor jasa dan meningkatnya ekonomi penduduk generasi milenial,” pungkas Perry.