Harga Batu Bara Lagi-Lagi Terkoreksi, Ini Penyebabnya – Harga batu bara lagi-lagi terkoreksi pada perdagangan Jumat (22/9/2023). Penyebabnya adalah secara mengejutkan pembangkit listrik tenaga air China mendekati rekor tertinggi pada Agustus.
Pada Jumat (22/9/2023), harga batu bara Newcastle untuk kontrak berjangka September 2023 turun US$ 0,50 menjadi US$ 160 per ton. Sedangkan kontrak berjangka Oktober 2023 terkoreksi US$ 1,90 menjadi US$ 158,50 per ton. Sedangkan kontrak berjangka November 2023 jatuh US$ 1,60 menjadi US$ 162,40 per ton.
Sementara itu, hingga berita ini ditayangkan, harga batu bara Rotterdam untuk kontrak berjangka September 2023 stagnan di US$ 122,25. Sementara itu, kontrak berjangka Oktober 2023 naik US$ 0,10 menjadi US$ 123,30. Serta, kontrak berjangka November 2023 melemah U$S 0,05 menjadi US$ 123,65.
Dikutip dari Reuters, pembangkit listrik tenaga air China melonjak secara tak terduga pada Agustus. Sumber tenaga air menghasilkan 147 miliar kilowatt-jam (kWh) pada bulan Agustus, naik dari 123 miliar kWh pada bulan yang sama tahun sebelumnya, menurut data dari Biro Statistik Nasional (NBS).
Pembangkit listrik tenaga air merupakan pembangkit tenaga listrik tertinggi kedua yang pernah tercatat, hanya sedikit di bawah puncak 148 miliar kWh yang ditetapkan pada Juli 2022. Peningkatan pembangkit listrik tenaga air (naik 24 miliar kWh) melebihi total peningkatan pembangkitan dari semua sumber (naik 20 miliar kWh) dibandingkan Agustus 2022.
Baca Juga : https://www.grumsa.com/harga-batu-bara-lagi-lagi-terkoreksi-ini-penyebabnya/
Hal ini menggantikan pembangkitan tenaga angin yang lebih lemah (berkurang 2 miliar kWh) dan sedikit peningkatan dari tenaga surya (naik 6 miliar kWh) dan nuklir (naik 2 miliar kWh). Hal ini juga memungkinkan pengurangan keluaran energi panas (berkurang 10 miliar kWh), yang sebagian besar berbahan bakar batu bara yang menghasilkan banyak emisi.
Hal ini terjadi pada saat produksi batu bara dalam negeri tumbuh lebih lambat setelah adanya pemeriksaan keselamatan tambang. Jumlah total batu bara yang tersedia dari pertambangan dalam negeri dan impor meningkat sebesar 27 juta metrik ton atau 7% dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Namun produksi dalam negeri hanya meningkat sebesar 12 juta ton atau 3%, sementara impor meningkat sebesar 15 juta ton atau 50%.
Lonjakan pembangkit listrik tenaga air membantu menghindari kekurangan dan pemadaman listrik selama gelombang panas musim panas ini, namun mungkin membatasi produksi pada akhir tahun ini dan menambah tekanan pada pasokan batu bara selama musim dingin 2023-2024.
Sementara itu, Research and Development ICDX Girta Yoga mengatakan, pelemahan harga batu bara juga dipengaruhi berakhirnya aksi pemogokan pekerja di dua fasilitas LNG Chevron di Australia, sehingga membuat kekhawatiran akan pasokan kembali mereda.
Menurut Yoga, secara mingguan, hingga penutupan pekan yang berakhir 22 September, harga batu bara turun tipis sebesar 0,16%. Sepanjang bulan September hingga penutupan pekan keempat, harga batu bara mengalami penguatan sebesar 2,72%. “Sedangkan dilihat secara year to date (ytd) hingga penutupan pekan keempat September, harga batu bara melemah sekitar 58,8%,” ungkap Yoga.